
PENDAHULUAN
Ternak itik merupakan salah satu ternak unggas air yang berkembang cukup baik di indonesia.
Ternak itik memiliki potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur dan
daging. Itik Tegal
merupakan jenis atau bangsa itik asli Indonesia yang berasal dari Tegal, Jawa Tengah. Itik Tegal banyak
dibudidayakan untuk dimanfaatkan telurnya, sedangkan itik jantan
dimanfaatkan dagingnya.
Itik
betina sebagai produksi
daging pada masa afkir.
Populasi itik tegal di Indonesia banyak dibudidayakan di pulau jawa, seperti Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur. Itik tegal di Jawa Tengah memiliki populasi kurang lebih sekitar 3.074.011
ekor (Badan Pusat Statistik, 2013).
Karakakteristik itik tegal yaitu memiliki tubuh langsing mirip
dengan botol, kaki tegak, warna bulu didominasi dengan warna putih polos,
coklat muda sampai coklat kehitaman, warna paruh dan kaki putih, jingga, hitam
kehijauan, atau kecoklatan. Itik dalam berproduksi
membutuhkan nutrisi, yang diperoleh dari bahan pakan dalam ransum, nutrisi
tersebut berupa protein dan energi metabolis. Protein dan energi dibutuhkan
ternak untuk hidup pokok, aktivitas, pertumbuhan jaringan dan berproduksi.

Tujuan dari praktikum adalah
untuk mengamati pengaruh pemberian probiotik dalam ransum terhadap tingkat
kecernaan protein, pertambahan bobot badan dan konsumsi ransum pada itik tegal jantan. Manfaat dari praktikum adalah dapat
mengetahui pengaruh pemberian probiotik dalam ransum terhadap tingkat kecernaan
protein, pertambahan bobot badan dan konsumsi ransum pada itik tegal jantan.
BAB II

2.1. Itik Tegal
Itik tegal merupakan itik lokal yang
ada di Indonesia, memiliki karakteristik tubuh langsing mirip dengan botol,
kaki untuk berjalan tegak, dan warna pada bulu didominasi warna putih polos,
coklat muda sampai coklat kehitaman, dengan paruh dan kaki umumnya berwarna
putih jingga, hitam kehijauan, atau kecoklatan, itik tegal betina dikenal
sebagai penghasil telur yang baik dan untuk itik jantannnya berpotensi untuk
pengghasil daging (Andoko dan Sartono, 2013).
Itik petelur memiliki tiga periode yaitu periode starter berumur 0 sampai 8 minggu, periode grower berumur 9 sampai 20 minggu dan untuk
periode layer berumur lebih dari 20
minggu (Ketaren, 2002).
Itik tegal baik jantan
maupun betina memiliki manfaat bagi manusia. Produk dari itik jantan dimanfaatkan
sebagai pedaging dan betina sebagai petelur. Produktivitas telur itik dapat
mencapai 250/ekor/tahun dan bobot telur mencapai 70 g (Andoko
dan Sartono, 2013). Itik tegal
jantan sampai dengan umur 8 minggu bobot tubuhnya sekitar 1,2 – 1,4 kg
tergantung dengan bobot badan induk saat awal tetas (Ismoyowati et al., 2006).
2.2. Kebutuhan Nutrien
Itik Tegal

Tabel 1. Kebutuhan Nutrien Itik Tegal
Nutrisi
|
Periode
|
||
Starter
|
Grower
|
Finisher
|
|
Protein kasar (%)
|
18
|
16
|
16
|
Em (kkal/kg)
|
2860
|
2930
|
2875
|
Kalsium
|
0,65
|
0,60
|
2,75
|
Fosfor
|
0,40
|
0,30
|
-
|
Sumber: NRC,
1994.
Nutrien pada unggas setiap periode berbeda – beda, pada itik
berbeda dengan ayam. Nutrien yang dibutuhkan pada itik betina berbeda dengan
itik jantan. Kebutuhan gizi atau nutrien berupa protein pada itik petelur
(betina) periode starter sebesar 15-20%, periode grower 15-18% dan layer
17-19%, kebutuhan energi berupa EM periode starter 3100 kkal/kg, periode grower
2700 kkal/kg dan layer 2700 kkal/kg dalam (Ketaren, 2002).
Nutrien yang dibutuhkan oleh itik dalam pertumbuhan dan perkembangannya adalah energi, protein, lisin, metionin,
mineral, Ca, P, Na, Cl dan vitamin (Sinurat et al., 2000 dalam Margi 2013).
Standar
kebutuhan nutrisi pada itik didasarkan pada tujuan dari pemeliharaan yaitu itik
pedaging dan itik petelur. Itik pedaging pada umur 0 – 2 minggu memilki
kebutuhan protein 22% dan energi 2900 kkal/kg sedangkan pada umur 0 – 7 minggu
adalah 16% dan 2900 kkal/kg. Pada itik petelur dibutuhkan protein 15% dan
energi 2900 kkal/kg (NRC, 1994). Itik tipe petelur
memerlukan zat nutrisi berupa protein 17 sampai 19% dan EM 2900 kkal/kg (Nugraha et al,. 2012).
2.3. Metode Total Koleksi dengan
Kombinasi Indikator
Metode total koleksi dengan kombinasi indikator merupakan metode
kuantitatif yaitu dengan menambahkan indikator dalam ransum dimana indikator
tersebut tidak dicerna (Abun, 2007). Total koleksi dimulai saat ekskreta yang
mengandung indikator keluar dan dihentikan saat ekskreta tidak mengandung
indikator lagi. Ekskreta yang dikoleksi kemudian ditimbang untuk mengetahui
berat basah ekskreta, setelah itu dikeringkan dengan sinar matahari, ditimbang
berat keringnya kemudian diambil 50 g sampel yang telah dihomogenkan untuk
dianalisis serat kasarnya. Kecernaan serat kasar ransum diukur dengan mencatat
total konsumsi ransum dengan indikator dan total ekskreta berindikator yang
dikeringkan kemudian ditimbang untuk mendapatkan berat ekskreta (Fitriyah et al., 2013).
Selama penampungan ekskreta digunakan
HCl (asam klorida) untuk menyemprot ekskreta lalu ditimbang berat basah dan
berat kering udara, indikator
yang digunakan dalam total koleksi adalah Fe2O3 sebagai
penanda indikator dalam total koleksi (Magfiroh, 2012). Total koleksi indikator
digunakan untuk menghitung nilai kecernaan protein pada itik. Periode total
koleksi adalah periode pengumpulan ekskreta pada akhir percobaan dengan
pengeringan dan kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat kecernaan
(Prawitasari et al.,2012).
Fe2O3
adalah
bijih besi yang paling banyak dimanfaatkan karena kadar besinya tinggi,
mencapai 66% dan kadar kotorannya relatif rendah. Fe2O3 berbentuk serbuk yang berwarna merah
gelap, memiliki bilangan koordinasi enam sehingga setiap ion Fe3 di
kelilingi oleh 6 ion O2 dan setiap ion O2 di kelilingi
oleh empat ion Fe3 (Swardhani et
al., 2013). Fe2O3
memiliki beberapa kelebihan diantaranya lebih ramah lingkungan, nontoxicity, stabilitas kimia, kekuatan
tinggi dalam pewarnaan dan memiliki daya tahan baik (Septityana et al., 2013). Kelemahan dari
penggunaan Fe2O3 adalah
mudah rusak ditepat yang bertemperatur tinggi (Kartika, 2014).
2.4. Probiotik
Probiotik
adalah pakan tambahan dalam bentuk mikroorganisme hidup yang menguntungkan,
melalui perbaikan keseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan, probiotik
merupakan substrat mikroorganisme yang diberikan kepada ternak melalui pakan
dan memberikan efek positif dengan cara memperbaiki keseimbangan mikroorganisme
dalam saluran pencernaan, bila diberikan pada ternak dalam masa pertumbuhan
akan berdampak lebih nyata (Rosadi et al.,
2013). Probiotik merupakan senyawa yang sangat berguna untuk memacu
pertumbuhan unggas. Probiotik yang masuk kedalam saluran pencernaan dapat
merangsang pertumbuhan bakteri yang berguna seperti Lactobasillus sp. dan probiotik dapat mengurangi tumbuhnya bakteri
patogen seperti bakteri E. coli
(Suci, 2013).
Probiotik dapat berbentuk
powder, tablet, granula atau pasta dan dapat diberikan kepada ternak secara
langsung atau dicampur dengan air atau pakan yang pada umumya dibedakan menjadi
dua yaitu yang berasal dari bakteri dan fungi (Fuller, 1992) dalam (Rosadi et al., 2013). Probiotik yang sering
digunakan pada temak yaitu Effctive
microorganisms-4 (EM-4) dan starbio. Effctive
microorganisms-4 merupakan kultur mikroorganisme seperti bakteri
fotosintetik, bakteri asam laktat (Lactobacillus
sp), khamir (Saccharomyces sp) serta Actino mycetes, yang berfungsi
meningkatkan populasi mikroorganisme serta meningkatkan kesehatan, pertumbuhan
dan produktivitas ternak. Starbio merupakan koloni berbagai bakteri alami
seperti bakteri lignolitik, selulolitik, proteolitik dan bakteri nitrogen
fiksasi nonsimbiotik yang membantu memecah struktur jaringan yang sulit
terurai sehingga zat nutrisi yang dapat diserap tubuh menjadi lebih banyak
(Riswandi et al., 2012)
Keuntungan penggunaan
probiotik dalam ransum diantaranya dapat
untuk mencegah reaksi bakteri patogen, merangsang aktivitas peristaltik usus,
detoksikasi beberapa komponen makanan yang merugikan dan mengeluarkannya, dan mensuplai
enzim membantu mencerna beberapa bahan makanan (Agustina et al., 2013). Probiotik pada unggas dapat memberikan efek
menguntungkan seperti menstimulasi produksi enzim pencernaan serta vitamin dan
substansi antimikrobial sehingga meningkatkan status kesehatan inangnya
(Laksmiwita, 2006).
Pemberian
suplemen probiotik (Lactobacillus) memberikan efek positif pada berat
badan akhir sebesar 14,4 %, meningkatkan konsumsi pakan 7,7% dan mampu
memperbaiki performan dan produk ternak yang aman dikonsumsi (Ignatova, 2009).
Pemberian probiotik sampai pada level 6 g/kg pakan pada berbagai jenis itik
juga dapat diperoleh hasil tidak meningkatkan pertumbuhan dan konsumsi pakan
(Agustina et al .,2013).
2.5. Kecernaan Protein
Kasar
Protein
merupakan salah satu dari komponen nutrisi dalam pakan yang penting untuk
pertumbuhan jaringan, untuk hidup pokok, dan untuk produksi serta untuk
memperbaiki jaringan yang rusak dan metabolisme (Widodo et al., 2013). Kandungan protein dalam bahan penyusun ransum dan
banyaknya protein yang masuk dalam saluran pencernaan akan mempengaruhi nilai
kecernaan protein (Prawitasari et al., 2012). Ransum yang memiliki
kandungan protein rendah, pada umumnya akan memiliki kecernaan protein yang
rendah pula dan juga sebaliknya, (Mangisah et
al., 2009).
Kecernaan protein
merupakan seberapa banyak protein yang dapat dicerna oleh ternak dan merupakan
indikator bioavalability nutrien
pakan yang penting. Protein kasar dalam kebanyakan bahan pakan dalam ransum
unggas memiliki daya cerna 75 sampai dengan 90% (Widiyastuti et al., 2007). Kecernaan protein pakan dapat diestimasi
dengan analisis kadar protein pakan dan feses, dengan menghitung selisih kadar
protein pakan yang terkonsumsi dengan kadar protein feses (AOAC,1984 dalam
Widiyastuti et al., 2007)
Berdasarkan nilai
daya cerna protein digolongkan menjadi tiga kategori kecernaan protein yaitu kategori
rendah dengan kisaran kecernaan 50-60%, sedang
dengan kisaran kecernaan 60-70%, dan tinggi pada nilai kecernaan diatas
70% (Maghfiroh et al., 2012). Kecernaan
protein pada itik yang diberi tambahan probiotik
akan memiliki nilai lebih tinggi dari kecernaan tanpa menggunakan probiotik, dengan probiotik nilai kecernaan
protein akan menjadi lebih tinggi yaitu berada diatas 70% (Prasetya et al., 2013).
Hasil penelitian pemberian probiotik dalam
ransum menunjukkan peningkatan keceranaan protein dari 65,7% menjadi 71,5%,
peningkatan nilai kecernaaan protein
karena adanya enzim protese (Prasetya
et al., 2013). Pemberian probiotik
sebesar 6 g/kg pakan memberikan respon yang baik terhadap kecernaan protein dan
pertambahan bobot badan (Rosadi
et al., 2013).
Nilai
kecernaan protein pakan pada itik dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kandungan protein dalam bahan
pakan (Widodo et al., 2013). Nilai
kecernaan protein dipengaruhi oleh kandungan zat nutrisi dalam ransum serta serat kasar ( Mangisah et al., 2009).
BAB III

Praktikum Ransum Unggas dan Non Ruminansia dilaksanakan pada
tanggal 27 April - 07 Mei 2015 di Kandang Digesti Fakultas Peternakan dan
Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum Ransum Unggas dan Non
Ruminansia meliputi sapu yang digunakan untuk sanitasi kandang, timbangan yang
digunakan untuk untuk melakukan penimbangan, tempat minum dan tempat pakan yang
digunakan untuk tempat pemberian pakan dan minum itik, lampu yang digunakan
untuk memberi penerangan dan penghangat itik, termometer yang digunakan untuk
mengukur suhu dan kelembaban dalam dan luar kandang, kandang battery yang digunakan sebagai kandang
saat penampungan ekskreta, trash bag
yang digunakan dalam penyusunan ransum, kardus yang digunakan untuk menampung ekskreta itik dan plastik yang digunakan
untuk melapisi kardus penampung ekskreta
itik.
Bahan yang digunakan yaitu itik Tegal jantan
umur satu minggu masing masing kelompok enam ekor sebagai objek pengamatan
praktikum, bahan pakan yang berupa bekatul, jagung pecah, tepung ikan, bungkil
kedelai, premix dan PMM yang digunakan ransum untuk itik tegal, air yang
digunakan untuk minum itik dan untuk mencuci perlatan tempat pakan dan minum
itik, HCL 0,2 N yang digunakan untuk menyemprot ekskreta itik, indikator Fe2O3
yang digunakan sebagai indikator untuk total koleksi dan probiotik sebagai
parameter perlakuan kecernaan protein.
Tabel 2.
Komposisi Ransum Itik Tegal Jantan
No.
|
Bahan Pakan
|
PK bahan pakan
|
EM bahan pakan
|
Proporsi
|
Kadar PK dalam
Ransum
|
Kadar EM dalam
ransum
|
(%)
|
(Kkal/kg)
|
(%)
|
(%)
|
(Kkal/kg)
|
||
1.
|
Bekatul
|
11,4
|
2600
|
25
|
2,8500
|
650
|
2.
|
Jagung Pecah
|
8,6
|
3321
|
48
|
4,1280
|
1594,08
|
3.
|
Tepung Ikan
|
52,4
|
2219
|
8
|
4,1928
|
177,52
|
4.
|
Bungkil Kedelai
|
44,3
|
2900
|
15
|
6,6400
|
435
|
5.
|
Premix
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
6.
|
PMM
|
54,4
|
2900
|
3
|
1,6311
|
87
|
Total
|
100
|
19,45
|
2943,6
|
Sumber:
Data Primer Praktikum Ransum Unggas dan Non Ruminansia, 2015.
3.2. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum Ransum Unggas dan Non
Ruminansia adalah pertama sanitasi kandang, kemudian dilanjutkan dengan
memberikan sekam pada kandang, formulasi ransum sesuai dengan kebutuhan itik
dan bahan yang pakan yang digunakan (Tabel 2), menimbang bobot awal itik pada
saat itik datang dan mencatatnya, memasukkan itik pada kandang masing masing,
dan memberika kode sesuai perlakuan, menimbang pakan setiap harinya (300 g)
dengan penambahan probiotik untuk (T1), memberikan pakan dan minum itik setiap
hari pagi siang dan sore secara adlibitum
menimbang sisa pakan tiap paginya dan mencatatnya, mengukur suhu dan kelembaban
makro dan mikro kandang setiap harinya pada jam 06.00, jam 12.00 dan jam 18.00
dan mencatatnya pada tabel yang telah disiapkan. Menyiapkan kardus dan plastik
untuk tempat penampungan ekskreta, memasukkan dua ekor itik kedalam battery sehari sebelum penampungan,
pemberian pakan masih sama tetapi ada penambahan indikator Fe2O3
untuk itik yang dikandang battery
pada hari ke 8 dan ke 10, dan pada hari ke 9 tanpa menggunakan indikator,
melakukan penampungan ekskreta pada hari ke 8 sampai hari ke 10 dan melakukan
penyemprotan ekskreta dengan HCL 0,2 N agar N tidak menguap, menimbang berat
basah ekskreta dan menjemur sampai kering lalu menimbang berat kering dan
kemudian dianalisis PK serta melakukan perhitungan kecernaan protein kasar
dengan rumus:
Kecernaan
Protein Kasar =
x 100%

BAB IV

4.1. Konsumsi Ransum
Berdasarkan praktikum yang telah
dilaksanakan diperoleh hasil konsumsi ransum itik tegal jantan sebagai berikut:
Tabel 3. Konsumsi
Ransum Itik Tegal Jantan
Parameter
|
Perlakuan
|
|
T0U2 (kel.2E)
|
T1U2 (kel.6E)
|
|
Konsumsi
Ransum (g/ekor/hari)
|
15,28
|
15,43
|
Sumber: Data Primer
Praktikum Ransum Unggas dan Non Ruminansia, 2015.
Hasil praktikum (Tabel 3)
diperoleh itik tegal periode starter tanpa penambahan probiotik memiliki
tingkat konsumsi ransum harian adalah sebesar 15,28 g/ekor. Konsumsi ransum
harian dengan penambahan probiotik sebesar 15,43 g/ekor. Itik dengan perlakuan
probiotik memiliki tingkat konsumsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa
perlakuan karena dengan adanya probiotik aktifitas pencernaan meningkat dengan
adanya bantuan mikroorganisme. Perbedaan konsumsi ransum ini karena adanya probiotik,
yang fungsinya merangsang pertumbuhan. Laksmiwita (2009) menyatakan bahwa
probiotik dalam pakan akan meningkatkan aktivitas pencernaan. Riswandi et al. (2012) menyatakan bahwa probiotik
yang ditambahkan dalam ransum itik bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan
dengan cara mempercepat aktivitas pencernaan. Hasil ini termasuk normal karena
standar konsumsi ransum pada itik periode starter adalah antara 15 - 35 g.
Windhyarti (2012) menyatakan bahwa standar konsumsi ransum itik periode starter
antara 15 – 35 g/ekor/hari.
Pakan yang terkonsumsi
memiliki hubungan erat dengan pertumbuhan bobot badan itik. Agustina et al. (20013) menyatakan bahwa tingkat
konsumsi pakan erat hubungannya dengan pertumbuhan, semakin banyak pakan yang
dikonsumsi semakin tinggi pertambahan bobot badan yang dihasilkan sehingga
mempercepat pertumbuhan. Konsumsi ransum dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain yaitu ukuran tubuh, umur dan kandungan energi ransum. Hal ini
sesuai dengan pendapat Mangisah et al.
(2009) bahwa faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum antara lain ukuran tubuh,
umur dan kandungan energi ransum. Amrullah (2003) dalam Mangisah et al. (2009) menyatakan unggas dengan
bobot badan kecil konsumsi ransumnya lebih sedikit karena kebutuhan hidup pokok
lebih sedikit dibanding dengan unggas dengan bobot badan lebih besar.
4.2. Kecernaan Protein
Kasar Itik Tegal Jantan
Berdasarkan praktikum yang telah
dilaksanakan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4. Perbandingan Kecernaan Protein Kasar Itik Tegal
Jantan
Parameter
|
Perlakuan
|
T0U2 (kel.2E)
|
T1U2 (kel.6E)
|
|
Kecernaan
Protein Kasar (%)
|
68,03
|
80,78
|
Sumber: Data Primer
Praktikum Ransum Unggas dan Non Ruminansia, 2015.
Hasil menunjukkan bahwa kecernaan
protein kasar pada itik tegal dengan tanpa perlakuan T0U2 adalah 68,03% dan
pada T1U2 adalah 80,78% (Tabel 4). Nilai Kecernaan protein kasar pada itik
tegal TOU2 tergolong dalam kategori tingkat kecernaan sedang. Hal ini sesuai
dengan pendapat Maghfiroh et al.
(2012) bahwa nilai daya cerna digolongkan
menjadi tiga kategori kecernaan
yaitu rendah dengan kisaran kecernaan 50 - 60%, sedang dengan kisaran kecernaan
60 sampai 70% dan tinggi pada nilai kecernaan diatas 70%. Kecernaan protein kasar pada itik tegal dengan
perlakuan probiotik T1U2 adalah 80,78%. Nilai Kecernaan protein kasar ini
tergolong dalam kategori kecernaan tinggi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Anggorodi (1994) dalam Maghfiroh et
al. (2012) bahwa berdasarkan nilai
daya cerna nilai kecernaan diatas 70% merupakan kecernaan tinggi.
Kecernaan protein kasar pada itik
tegal dengan pakan ditambah probiotik memiliki nilai kecernaan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan tanpa perlakuan probiotik. Hal ini sesuai dengan
pendapat Prasetya et al. (2013) bahwa
dengan penambahan probiotik keceranaan protein dapat meningkat yaitu meningkat
dari 65,7% menjadi 71,5%, peningkatan
nilai kecernaaan protein karena adanya enzim protease. Laksmiwita
(2009) menyatakan bahwa probiotik dalam pakan akan meningkatkan aktifitas
pencernaaan dan aktifitas enzimatis, sehingga zat nutrisi seperti protein yang
biasanya terbuang dalam feses akan berkurang. Nilai kecernaan protein pada itik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya kandungan protein dalam bahan pakan dan kandungan serat kasr pakan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Widodo et
al. (2013) dan Mangisah et al. (2009) bahwa tinggi rendahnya nilai kecernaan protein pada itik dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti kandungan zat nutrisi dalam ransum serta
serat kasar yang terkandung pada bahan pakan tersebut.
4.3. Pertambahan Bobot
Badan Harian (PBBH)
Berdasarkan praktikum yang telah
dilaksanakan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 5. Pertambahan Bobot Badan Harian Itik Tegal
Jantan
Parameter
|
Perlakuan
|
|
T0U2 (kel.2E)
|
T1U2 (kel.6E)
|
|
PBBH
(g/ekor/hari)
|
5,67
|
6,8
|
Sumber: Data Primer
Praktikum Ransum Unggas dan Non Ruminansia, 2015.
Berdasarkan hasil praktikum bahwa pemeliharaan itik
tegal dengan kode T0U2 (tanpa perlakuan) mengalami pertumbuhan bobot badan
harian 5,67 g, sedangkan itik tegal dengan kode T0U1 (pemberian probiotik)
mengalami pertambahan bobot badan harian sebesar 6,8 g (Tabel 5). Pertambahan bobot badan itik terbilang
rendah karena kurang dari standar yaitu 8,9 g/ekor/hari. Hal ini sesuai dengan
pendapat Johan dan Mito (2011) bahwa pertambahan bobot badan itik periode
starter adalah sebesar 8,9 g/ekor/hari. Pertambahan bobot badan itik
yang tidak diberi perlakuan lebih randah dibandingkan itik yang diberi campuran
probiotik dalam ransum memiliki pertumbuhan bobot badan yang tinggi. Probiotik
mampu meningkatkan pertumbuhan ternak karena probiotik merupakan pakan tambahan
dalam bentuk mikroorganisme
hidup yang dapat memberikan pengaruh menguntungkan bagi ternak inangnya dengan
meningkatkan keseimbangan populasi mikroorganisme dalam saluran pencernaan ternak. Suryo (2012) menyatakan bahwa probiotik
tergolong dalam makanan fungsional, dimana bahan makanan ini mengandung
komponen-komponen yang dapat meningkatkan kesehatan ternak dengan cara
memanipulasi komposisi bakteri yang ada dalam saluran pencernaan ternak.
Pemberian probiotik memiliki beberapa tujuan yaitu
untuk meningkatkan pertumbuhan, meningkatkan kecernaan pakan, meningkatkan daya
tahan tubuh, meningkatkan produksi telur dan meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme yang menguntungkan. Kusumaningrum et
al, (2013) menyatakan bahwa Probiotik ikut
berperan dalam mengatur keseimbangan mikroorganisme saluran pencernaan,
dapat meningkatkan kekebalan tubuh, mendukung pertumbuhan, meningkatkan
efisiensidan konversi pakan serta membantu mengoptimalkan penyerapan zat makanan.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bobot badan ternak antara lain kualitas
pakan, tingkat kecernaan, genetik, keadaan lingkungan sekitar dan kesehatan
ternak. Penambahan probiotik dalam ransum ternak dapat meningkatkan tingkat
konsumsi ternak. Hal ini sesuai pendapat Ignatova et al, (2009) bahwa pemberian suplemen probiotik memberikan efek
positif pada berat badan akhir sebesar 14,4 %, meningkatkan konsumsi pakan 7,7%
dan mampu memperbaiki performan dan produk ternak yang aman dikonsumsi.
BAB V

5.1. Simpulan
Berdasarkan praktikum dapat disimpulkan bahwa nilai kecernaan
protein pada itik yang diberi pakan dengan tambahan probiotik 2% memiliki nilai
yang lebih tinggi dibanding dengan tanpa penambahan probiotik.
5.2. Saran
Saran untuk praktikum Ransum Unggas dan Non Ruminansia selanjutnya
dalam praktikum objek pengamatan yang digunakan bisa lebih banyak, dengan
menggunakan ransum yang disusun oleh praktikan sendiri dan pemberian level perlakuan yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Abun. 2007. Pengukuran nilai kecernaan
ransum yang mengandung limbah udang windu produk fermentasi pada ayam broiler.
Jurusan nutrisi dan makanan ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran,
Bandung.
Agustina, D., N. Iriyanti. dan S. Mugiyono. 2013. Pertumbuhan dan konsumsi
pakan pada berbagai jenis itik lokal betina yang pakannya di suplementasi
probiotik. J. Ilmiah Pet. 1(2):
691 – 698.
Andoko, A. dan Sartono. 2013. Beternak
Itik Pedaging. Agromedia Pustaka, Jogjakarta.
Fitriyah, A. R. Tristiarti dan I.
Mangisah. 2013. Pengaruh penambahan jeruk nipis (citrus aurantifolia) dalam ransum terhadap laju digesta dan
kecernaan serat kasar pada itik magelang. Fakultas Peternakan dan Pertanian,
Universitas Diponegoro, Semarang. 2 (1).
Ignatova M., V. Sredkova and V. Marasheva. 2009.
Effect of dietary inclusion of probiotic on chickens performance and some blood
indices. Biotechno. Animal Husbandry.
25 ( 5 - 6 ): 1079 - 1085.
Kartika, L. D.
2014. Sintesis Fe2O3 dari Pasir Besi dengan Metode Logam Terlarut Asam Klorida.
Jurusan Fisika, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.
Ketaren, P.P. 2002. Kebutuhan gizi itik
petelur dan itik pedaging. Wartazoa 12( 2) :
37 - 46.
Kusumaningrum,
A. I. Arif. S, Puntodewo. 2013. Pemberian probiotik asam laktat dalam air minum terhadap berat badan
akhir dan persentase karkas pada ayam broiler
strain hubbard umur 35 hari. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga. Surabaya.
Laksmiwita, N. M. 2009. Pengaruh
pemberian starbio dan Effective Microorganisme (EM4) sebagai probiotik terhadap penampilan itik
jantan umur 0 – 8 minggu. J. Jurusan Produksi Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Udayana, Denpasar.
Maghfiroh, K., I. Mangisah dan V. D. Y. B. Ismadi. 2012. Pengaruh penambahan sari jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) dalam ransum terhadap kecernaan protein kasar dan retensi
nitrogen pada itik Magelang jantan. Anim. Agric. J. 1(1): 669 – 683.
Mahfudz, L. D. 2006. Pengaruh penggunaan ampas tahu fermentasi terhadap
efisiensi penggunaan protein itik tegal jantan. J. Indon. Trop. Anim.Agric. 31 (1) : 129 – 134.
Mangisah, B. Sukamto dan M. H. Nasution.
2009. Implementasi Daun Eceng Gondok Fermentasi Dalam Ransum Itik. J.Indon.Trop.Anim.Agric. 34 (2) : 127 - 133.
Margi
D. S. 2013. Pakan Itik Pedaging dan Petelur. Panebar Swadaya. Jakarta.
Mulyono. 2004. Beterrnak Itik Tanpa
air. Agromedia Pustaka, Jakarta.
National Research Council. 1994. Nutrient Requirement of Poultry.
National Academy of Science. Washington D.C.
Nugraha., D.U.
Atmomarsono dan L. D. Mahfudz. 2012. Pengaruh Penambahan Eceng Gondok (Eichornia crassipes) Fermentasi dalam Ransum terhadap Produksi
Telur Itik Tegal. Anim. Agric. J. 1 (1): 75 – 85.
Prasetya,
R.P., S.S. Santosa dan N. Iriyanti .
2013. Penggunaan level pakan fungsional terhadap kadar lemak dan protein daging
ayam broiler. J. Ilmiah Peternakan 1(1):
289 - 298.
Prawitasari, R. H., V. D. Yunianto, B. Ismadi dan I.
Estiningdriati. 2012. Kecernaan protein kasar dan serat kasar serta laju
digesta pada ayam arab yang diberi ransum dengan berbagai level Azolla
microphylla. Anim. Agric. J. 1
(1): 471- 483.
Riswandi,
S. Sandi., dan F. Yosi. 2012. Kombinasi
pemberian storbio dan EM 4 melalui pakan dan air minum terhadap performa itik
lokal umur 1-6 minggu. J. Pet. Sriwijaya. 1
(1).
Rosadi,I., Ismoyowati, N. Iriyanti.2013. kadar HDL (High
Density Lipoprotein) dan LDL (Low Density Lipoprotein) darah pada
berbagai itik lokal betina yang pakannya disuplementasi dengan probiotik. J.
Ilmiah Pet. 1(2): 597 – 605.
Septityana, D.K., Priyono, N.T. Rochman. 2013. Sintesis dan
karakterisasi pigmen hematit (Fe3O3) dari bijih besi alam melalui metode
presipitasi. J. Youngster Physic. 1(4) : 95-100.
Suci, M.D. 2013. Pakan Itik Pedaging Dan Petelur. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Suryo,
H. T. Yudiarti dan Isroli. 2012. Pengaruh pemberian probiotik sebagai aditif
pakan terhadap kadar kolesterol, high
density lipoprotein (HDL) dan low
density lipoprotein (LDL) dalam darah ayam kampong. Fakultas Peternakan dan
Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang
Swardhani,
A, P. Iskandar, M. Abdullah, dan
Khairurrijal. 2013. Studi Awal Sintesis Nanokomposit Fe2O3/C
dengan Metode Pemanasan Microwave dan Kalsinasi. Seminar Nasional Material.
Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Widiyastuti,T.,
C.H. Prayitno dan Sudibya. 2007. Kecernaan dan intensitas warna kuning kulit
telur itiklokal yang mendapat pakan tepungkepala udang, tepung daun lamtoro dan
suplemtasi L-Carnitin. J. Anim. Prod. 9(1):
30 - 35.
Widodo, A. R., H. Setiawan, Sudiyono, Sudibya dan R. Indreswari.
2013. Kecernaan Nutrien dan Performan
Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Jantan yang Diberi Ampas Tahu
Fermentasi dalam Ransum. Trop.
Anim. Husbandry 2(1) :
5 - 58.
Windhyarti, S. S 2012. Beternak Itik tanpa Air. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar